Laporan

Hey ini tulisan subjektif banget ya, jadi jangan salahkan saya dengan tulisan saya karena ini hanya pendapat dan akan selalu menjadi pendapat karena pendapat adalah hak untuk menyatakan pendapat yang lain dengan didukung pendapat yang menguatkan *YODAWG

HERE IT IS

Aneh aja sih masuk kuliah ini. Jujur aja sikap pertama buat saya adalah sikap yang jujur dan tanpa mengada-ada. Dan... Saat pertama kali saya menghadapi apa yang dinamakan praktikum dan laporan, bener-bener skeptis. Kenapa? Nggaktau. Karena saat itu saya pikir saya nggak dapet feelnya atau esensinya ngerjain laporan. Sumpit deh. Ini subjektif banget, jangan gampang percaya, tapi kalo percaya percaya aja. Soalnya emang saya beneran nggak dapet esensi dari ngerjain laporan. Kalo ngerjain praktikum saya masih bisa ambil esensinya dengan liat ilmunya langsung. Tapi sumpit deh kalo laporan udah canthengen liatnya. Soalnya kalo saya liat dari retina saya laporan itu cenderung sebagian besar menguatkan TEKNIS bukan ESENSI dari sebuah ilmu. Kayak kalo kita di organisasi laporan itu kan teknisnya, esensinya di gerakan organisasi itu sendiri. Dan itulah masalahnya. Saya beneran nggak enjoy dengan praktikum, walaupun saya dapet nilai bagus. Saya tetep bakal ngerjain laporan dengan asal-asalan, salahkan saya, saya memang manusia amatiran.

Terus saya mikir-mikir

Kenapa kita harus ngerjain keseluruhan dari laporan? Bukannya yang dicari itu ilmunya? Judul itu nggak banget buat ditulis lagi yaa walaupun kalo diambil hikmahnya -karena semua bisa diambil hikmahnya- judul itu biar kita tau sejak awal apa sih yang akan dibahas dengan dikuatkan dengan menulis. Tapi itu nggak terlalu efektif juga dengan judul yang bisa dibaca. Terus dasar teori yang sebenernya kita bisa baca sendiri tanpa ditulis yang ujung-ujungnya NGGAK SEMUANYA dibaca dan dipahami. Menurut saya sih. Emang loh kalo yang saya rasain kayak gitu. Saya lebih bisa mencerna dasar teori yang saya baca tanpa perlu ditulis lagi buat nantinya analisis di PEMBAHASAN. Kalo dasar teori sih yang penting intinya kita tau KONSEPnya kan? Nggak perlu berbelit-belit dengan seperti itu yang bikin saya nangis saus tomat. Terus terus terus yang lainnya hampir sama kayak judul, tinggal ditulis lagi aja.

Nah kalo menurut saya yang paling-paling penting-penting adalah : 1. Langkah kerja, yang nggak nyontek dari panduan. Dengan begitu kita bisa bener-bener inget apa yang kita kerjakan di praktikum. 2. Hasil praktikum, yang NGGAK DIKERJAIN DI RUMAH karena HASIL PRAKTIKUM artinya hasil yang kita peroleh dari suatu praktikum. 3. Pembahasan, ini yang jadi esensi yang seharusnya yang nggak saya perdalam bener-bener selama ini. Salah saya juga. Tapi saya emang orang yang nggak bisa mengerjakan hal yang nggak saya suka. Ya gitulah jadinya. Balik lagi ke pembahasan. Pembahasan ini adalah analisis dari praktikum yang kita lakukan. Nah, kenapa ini yang seharusnya jadi bagian terpenting? Karena NALAR kita bermain disini. Dimana kita akan mematangkan konsep dari dasar teori dan mematri ilmunya di otak kita. Nah itu sebenernya yang jadi tujuan praktikum dilakuin dan ada beberapa temen saya yang super yang bisa melakukannya karena mereka orang yang perfeksionis. Nah masalahnya ada di orang-orang kayak saya yang udah nggak akan memaksimalkan hal yang nggak disukai. Saya udah hampir bener-bener terlanjur nggak suka dengan tata cara praktikum yang saya jalani.

Sooooooo, menurut saya menurut saya menurut saya, solusinya adalah :

1. Tekankan esensi praktikum dengan menyediakan kertas yang mahasiswa tinggal menulis langkah kerja, melampirkan hasil praktikum, dan menulis pembahasan.
2. Sediakan dasar teori yang singkat dan mudah dipahami.
3. Berikan tugas yang kompetitif dengan contoh seperti tugas untuk menulis artikel tentang praktikum ini dengan pokok bahasan tersendiri dan dibuat unik.
4. Buat praktikum yang sejalan dengan kuliah.

Masalah yang belum saya sampaikan itu masalah laporan yang ngeganggu aktivitas mahasiswa mulai dari kuliah, organisasi, sampe ikutan lomba. Yaaaa kalo diambil hikmahnya pasti ada biar kita bisa membagi waktu, tapi sumpit deh itu bukan yang bisa dilakukan orang normal. Berfikirlah secara normal untuk memperlakukan orang normal, jadi jangan terlalu memaksakan gituu maksud saya.

Simpulkan. Renungi. Tabahi.

Inget ini posting yang subjektif, jadi jangan terlalu salahkan saya please