Israel. Palestina. Bfuh, konflik yang terus menerus terjadi. Entah sudah berapa liter darah yang bisa diminum seorang vampire yang bahkan mungkin bisa menghidupi sebuah keluarga vampire selama 7 turunan. Entah sudah berapa kilogram daging yang menyuburkan wilayah itu. Pelik. Ironis. Kemanusiaan seperti hilang begitu saja. Semuanya didasarkan kepada suatu alasan klasik orang berperang, tanah. Kalau darah tidak terfermentasi dan membusuk menyatu menjadi tanah, mungkin tanah disana sudah berwarna merah dengan langit yang berwarna merah darah pula. Mengerikan.
Masalah tanah ini memang merupakan masalah yang sangat sensitif sejak dahulu. Lihat saja orang kecil, saudara kandung yang berperang demi sepetak tanah. Lihat juga kerajaan Majapahit yang sebesar itu bisa hancur karena masalah perebutan tanah (baca: kekuasaan). Masalah tanah juga terjadi di kota-kota modern dengan adanya penggusuran dan pemukiman liar. Entahlah. Sepertinya nenek moyang kita ini adalah cara terbaik untuk mengekspresikan ketamakan diri kita. Substrat materi yang membentuk kita inilah yang justru membuat kita terpecah belah. Am, seperti yang dikatakan Chaplin dalam Great Dictator :
"Greed has poisoned men's souls, has barricaded the world with hate..."
Tanah memicu nafsu ketamakan kita dan akhirnya membuat kita berperang, ya seperti yang terjadi di Israelistine. (Aku akan tampak sangat moderat dengan pernyataan ini, tapi tidak, bacalah saja) Saya telah beberapa kali membaca beberapa referensi masalah Israelistine ini dari berbagai sumber yang valid dan tidak valid dari kedua belah pihak. Hanya dua belah pihak. Namun banyak sekali sudut pandang dari keduanya yang memang harus diakui sama-sama tidak mau mengalah. Keduanya mengkalim memiliki tanah disana, khususnya Jerussalem yang menjadi bagian penting dari tiga agama monotheisme.
Mari kita mulai dari sudut pandang Palestina. Dari sudut pandang Palestina, tanah milik Palestina dicuri oleh Israel. Banyak sejarah yang bisa teman-teman akses di internet dengan keyword Israel Occupation dsb. Di sini saya hanya akan menyampaikan "dat feels" kalau dilihat dari sudut pandang Palestina. Bangsa Palestina menyatakan diri sudah mendiami tanah itu dalam jangka waktu ribuan tahun. Hal yang buruk dari pendudukan ini adalah cara-cara dan proses yang dilakukannya. Setidaknya ada 16 pembunuhan massal yang terjadi dalam kurun tahun 1947-1949 dimana pertempuran Israel-Palestina yang paling epic dimulai, termasuk pembantaian mengerikan yang menewaskan 100 orang termasuk anak-anak dan wanita di Deir Yessin. Di akhir peperangan itu Israel akhirnya menguasai 78 persen Palestina. Konflik ini terus berlanjut hingga sekarang.
Dari sudut pandang Israel, sejujurnya saja, mereka memiliki alasan kuat untuk mengambil tanah Palestina. Semua berawal ketika Romawi mengusri bangsa Israel untuk berdiaspora setelah hancurnya kuil kedua pada tahun 70 sebelum masehi. Dari peristiwa ini bangsa Israel tersebar di seluruh penjuru dunia. Di abad pertengahan bangsa Israel mulai kembali ke tanah ini namun Crusaders datang dan membantai mereka pada abad 12. Berangkat dari pengusiran dan pembantaian ini lah bangsa Israel lalu menyatakan bahwa mereka harus mengambil kembali tanah mereka. Israel modern saat ini juga menyatakan bahwa mereka juga memberi bantuan kepada bangsa Palestina (kok).
Ini semua masuk akal.
Ada sekelompok manusia yang diusir lalu kembali ke tanah mereka yang sudah mereka tinggalkan selama ribuan tahun dan sudah ditinggali oleh orang lain selama ribuan tahun. Apa yang harus dilakukan? Kulanuwun (Permisi). Mereka harus permisi dahulu untuk mendiami tempat tinggal yang mereka tinggalkan bertahun-tahun.
Ini seperti kalian memiliki sebuah rumah yang kalian tinggalkan bertahun-tahun yang kalian tinggalkan karena kalian diusir oleh kepala desa namun kalian kembali lagi saat kepala desa ini sudah tiada dan mendapati rumah ini sudah didiami oleh orang lain yang sudah memiliki anak cucu serta keturunan yang memiliki banyak memori di rumah itu. Apakah sopan jika kalian mengusir dan membunuh mereka? Apakah sopan jika kalian tiba-tiba mengambil rumah itu kembali? Apakah setelah kalian mengusir mereka dan memberikan makanan kepada mereka kalian bisa disebut baik? Di sisi lain apakah sopan jika penghuni rumah yang baru tidak mau berbagi rumah dengan penghuni rumah yang lama? Apakah manusiawi jika penghuni rumah yang baru melarang penghuni rumah yang lama masuk dan berbagi rumah dan membiarkan mereka kedinginan di luar?
Pelik. Keduanya tidak mau mengalah dan ingin mendapatkan semua bagian rumah. Dan bahkan saat ini kepala desa yang baru tidak berkutik untuk menengahi keduanya.
Tidak ada yang benar tidak ada yang salah? Semuanya salah!
Apakah kalian tega melihat anak-anak itu mati demi semua ketamakan ini. Maksudku, lihatlah, buka mata kalian. Di sana anak-anak menderita demi sebuah area tanah yang tidak sebanding dengan nyawa mereka. Berapa banyak calon Einstein dan Al Khawarizmi yang mati disana? Berapa liter darah yang telah tumpah disana?
Maksudku apakah kalian sudah kehilangan rasa kemanusiaan? Bolehlah kalian berperang, tapi di sebuah ring yang kalian sama sekali tidak bisa melukai anak-anak, perempuan, ataupun orang tua. Jangan pernah melukai mereka. Terlepas dari aku adalah seorang muslim yang tentunya akan membela muslim yang lain, apakah kalian tahu seluruh dunia membenci semua aksi yang mengorbankan anak-anak, perempuan, dan orangtua itu? Sadarlah, kalian membunuh dunia!
Aku sudah melewati beberapa kali masa peperangan Israel Palestina. Sudah beberapa puluh kali aku melihat foto-foto mengerikan dari anak-anak yang dengan sadisnya meninggal disana, terutama di Jalur Gaza yang sangat mudah dibombardir. Aku sudah jenuh. Mungkin dunia juga sudah jenuh. Bahkan mungkin malaikat pencabut nyawa sudah jenuh mencabut nyawa anak-anak disana. Entah kenapa rasa-rasanya peperangan ini akan segera berakhir dengan keajaiban, keajaiban yang sebenarnya.
Israelistine, aku harap engkau segera damai. Tidak ada manusia yang menginginkan peperangan. Pun dengan mereka yang sekarang secara aktif menyerang, mereka hanya menderita apa yang dinamakan dengan ketamakan. Israelistine, berubahlah dari tanah dan langit merah menjadi tanah hijau dan langit biru. Kami, manusia, akan selalu berdoa untukmu, Israelistine.
Maksudku apakah kalian sudah kehilangan rasa kemanusiaan? Bolehlah kalian berperang, tapi di sebuah ring yang kalian sama sekali tidak bisa melukai anak-anak, perempuan, ataupun orang tua. Jangan pernah melukai mereka. Terlepas dari aku adalah seorang muslim yang tentunya akan membela muslim yang lain, apakah kalian tahu seluruh dunia membenci semua aksi yang mengorbankan anak-anak, perempuan, dan orangtua itu? Sadarlah, kalian membunuh dunia!
Aku sudah melewati beberapa kali masa peperangan Israel Palestina. Sudah beberapa puluh kali aku melihat foto-foto mengerikan dari anak-anak yang dengan sadisnya meninggal disana, terutama di Jalur Gaza yang sangat mudah dibombardir. Aku sudah jenuh. Mungkin dunia juga sudah jenuh. Bahkan mungkin malaikat pencabut nyawa sudah jenuh mencabut nyawa anak-anak disana. Entah kenapa rasa-rasanya peperangan ini akan segera berakhir dengan keajaiban, keajaiban yang sebenarnya.
Israelistine, aku harap engkau segera damai. Tidak ada manusia yang menginginkan peperangan. Pun dengan mereka yang sekarang secara aktif menyerang, mereka hanya menderita apa yang dinamakan dengan ketamakan. Israelistine, berubahlah dari tanah dan langit merah menjadi tanah hijau dan langit biru. Kami, manusia, akan selalu berdoa untukmu, Israelistine.